Sekolah dan Didaktik, Tugas berbasis kompetensi dan Praktiknya
Pembahasan pada pertemuan kedua ini adalah pemberian tugas berbasis kompetensi pada siswa. Dr. Tschapka sedikit mengulang dari pertemuan lalu bahwa tugas berbasis kompetensi mempertimbangkan Aspects of Action atau 5M, tema dan tingkat kompleksitas sebagaimana yang ada pada Model Kompetensi (Competence Model). Bila Model Kompetensi diibaratkan sebagai ruang 3D, maka bidang x terdiri dari dimensi aspects of action atau 5M (mengamati, mengumpulkan informasi, mengkomunikasikan dan mengasosiasikan), dimensi bidang y merupakan tema (bencana, keragaman dan infrastruktur), dan dimensi bidang z adalah tangkat kompleksitas pengerjaan tugas yang diberikan (Level 1, Level 2, Level 3).
Gambar 1. Model Kompetensi (Competence Model)
Untuk lebih memahami materi ini, Dr. Tschapka meminta peserta untuk menambahkan beberapa objek pada gambar hitam putih yang telah disediakan. Gambar yang disediakan merupakan landscape yang berlatar barisan pegunungan dengan lereng yang curam dan disertai dengan lembah sungai (Gambar 2). Secara khusus tema tugas adalah Mencegah Bencana. Lebih lanjut instruksi pengerjaan tugas yang diberikan kepada peserta adalah sebagai berikut a) Gambar 1 desa kecil dan 1 desa besar; b) Gambar satu lintasan rel kereta; c) Gambar sebuah jalan dengan stasiun-stasiunya; 5) Gambar dua objek tambahan yang menurut peserta penting untuk menunjang keselamatan penduduk yang tinggal di lembah sungai tersebut. Pada pengerjaan tugas ini peserta diperbolehkan menggunakan pensil warna. Adapun hasil dari tugas ini tersaji pada Gambar 2.
Gambar 2. Bahan Tugas
Pada konteks pemberian tugas berbasis kompetensi, kompetensi diartikan sebagai situasi dimana peserta didik dapat menyusun informasi secara terstruktur mengenai berbagai bentuk bancana, seperti bencana yang mengakibatkan kerusakan dan kematian, sebagai contoh adalah banjir dan tanah longsor. Pada saat mengerjakan tugas berbasis kompetensi peserta merefleksikan adanya tingkat kognitif yang berbeda-beda. Setidaknya tiga hal yang terjadi dalam proses pengerjaan tugas. Pertama, siswa perlu memikirkan kesesuaian tema yang diberikan. Kedua, siswa perlu memutuskan dimana mereka harus meletakkan objek-objek seperti dua desa, rel kereta dan jalan. Ketiga, siswa juga harus memutuskan dua objek yang menurut mereka penting demi keselamatan penduduk. Pada saat proses pengerjaan tugas ini mencakup proses yanga ada dalam model kompetensi (sebagaimana ada pada Gambar 3)
Gambar 3. Representasi Model Kompetensi dalam proses pengerjaan tugas
Tiga peserta yang hadir kemudian mempresentasikan hasil tugas mereka untuk didiskusikan bersama-sama. Berdasarkan tiga hasil tugas tersebut, secara keseluruhan hasil tugas telah merepresentasikan terjadinya proses kognitif. Proses ini tercermin dengan cara dimana peserta mampu memepertimbangkan kesesuaian tema dan meletakkan objek-objek pada daerah yang aman. Bahkan salah satu tugas siswa mampu merepresentasikan dengan sangat baik proses kognitif 5M atau pada level yang lebih tinggi (higher order thinking). Proses ini terlihat dari hasil kerja siswa yang mampu menambahkan dua objek yang sangat penting dalam menangani terjadinya bencana seperti bangunan pemantau dan infrastruktur mitigasi bencana berupa early warning system sederhana (Gambar 4).
Gambar 4. Hasil tugas yang merepresentasikan proses berpikir tingkat tinggi (higher order thinking)
Dr. Tschapka menyampaikan diakhir pertemuan, bahwa pertimbangan atas proses berpikir, kemampuan kognitif dan ketercapaian siswa dalam mengerjakan tugasnya merupakan hal yang sangat penting dalam menerapkan kurikulum berbasis kompetensi. Berdasarkan hasil tugas dari peserta (Gambar 4) tercermin apa yang dimaksud dengan tugas berdasarkan kompetensi ini. Gambar yang telah dibuat oleh peserta mampu merefleksikan suatu proses berpikir seksama dalam setiap penyelesaian instruksi yang diberikan. Kurikulum berbasis kompetensi tidak sebatas mengajari siswa dan kemudian siswa bisa lulus dengan mengerjakan soal ujian. Kurikulum berbaasis kompetensi memilki dampak jangka panjang dalam kehidupan siswa. Kompetensi yang terasah dengan baik kemudian akan memberikan kebijaksanaan bagi siswa dalam membuat keputusan-keputusan hidup mereka. Sebagai contoh: di masa mendatang saat siswa memiliki kesempatan untuk membangun rumah, maka mereka akan berpikir untuk memilih lokasi yang aman dan berada pada suatu lokasi dengan infrastruktur dan akseseibilitas yang baik. Seorang pendidik wajib mempersiapkan tugas yang akan diberikan saat menyusun rencana pembelajarannya. Oleh karena itu, sebagai seorang pendidik masa depan atau secara khusus sebagai calon guru geografi, kita wajib menerapkan proses ini.
Share It On: